Telah shahih dari hadits Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu bahwa Rosululloh Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
«الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف» رواه البخاري ومسلم.
"Ruh-ruh bagaikan tentara yang tersusun. Jika saling mengenal maka akan bersatu, dan jika saling mengingkari maka akan berpisah". [HR. Bukhari-Muslim]
Hadits ini dijelaskan oleh Nabi terpilih Shollallahu 'Alaihi Wasallam padanya bahwa ruh-ruh para makhluk yang bersatu dan bercerai laksana ruh-ruh yang tersusun apabila saling berhadapan dan saling berjumpa, dan yang demikian berdasarkan apa yang telah ditetapkan padanya dari kebahagian dan kesengsaraan, dan jasad-jasad yang padanya ada ruh-ruh akan saling berjumpa di dunia sehingga akan bersatu dan bercerai sesuai dengan apa yang telah ditetapkan padanya baik saling mengenal atau saling mengingkari, sehingga Anda dapat lihat jiwa yang derma lagi baik akan cinta kepada yang semisalnya dan akan condong kepadanya, sedangkan yang jahat akan berkawan dengan yang sejenis dan akan condong kepadanya serta akan menjauh dari setiap yang berlawanan dengannya.
Dan dinukilkan di dalam "Al-Fath" (juz 3, Hal: 199) dari Al-Khoththobi bahwa beliau berkata:
Boleh jadi bermakna isyarat atas kesamaan dalam kebaikan dan kejelekan serta perbaikan dan kerusakan, dan bahwasanya manusia yang baik akan rindu kepada jenisnya sedangkan yang jelek semisal itu pula akan condong kepada yang sejenisnya, para ruh akan saling mengenal sehingga hinggap sesuai dengan tabiat yang telah diciptakan di atasnya dari kebaikan maupun kejelekan, maka apabila telah cocok akan saling mengenal, dan APABILA BERBEDA MAKA AKAN SALING MENGINGKARI .
وبالله التوفيق، وصلى الله نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Hanya kepada Allah kita memohon taufiq-Nya, sholawat dan salam berlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad dan keluarganya beserta para sahabatnya.
------
السؤال الأول من الفتوى رقم ( 15129 )
س1: الرجاء شرح الحديث الشريف: الأرواح جنود مجندة إلخ الحديث.
ج 1: ثبت من حديث أبي هريرة رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: الأرواح جنود مجندة، فما تعارف منها ائتلف، وما تناكر منها اختلف رواه البخاري ومسلم .
هذا الحديث بيَّن فيه المصطفى صلى الله عليه وسلم أن الأرواح مخلوقة على الائتلاف، والاختلاف كالجنود المجندة إذا تقابلت وتواجهت، وذلك على ما جعلها عليه من السعادة والشقاوة، والأجساد التي فيها الأرواح تلتقي في الدنيا فتأتلف وتختلف على حسب ما جُعلت عليه من التشاكل والتناكر، فترى البَر الخيِّر يحب مثله ويميل إليه، والفاجر يألف شكله ويميل إليه وينفر كل عن ضده.
ونقل في ( الفتح ) عن الخطابي أنه قال: يحتمل أن يكون إشارة
(الجزء رقم : 3، الصفحة رقم: 199)
على معنى التشاكل في الخير والشر والصلاح والفساد، وأن الخير من الناس يحن إلى شكله والشرير نظير ذلك يميل إلى نظيره، فتعارف الأرواح يقع بحسب الطباع التي جُبلت عليها من خير وشر، فإذا اتفقت تعارفت، وإذا اختلفت تناكرت.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.
اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء
Tentang Saling Jumpa dan Berkunjungnya Penghuni Kubur Satu Sama Lain
1. Muslim bin Ibrahim Al-Warid meriwayatkan dari Ikrimah bin Ammar, dari Hiysam bin Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Qatadah r.a dari Nabi SAW,:
“Jika kamu mengurus seorang ikhwan (yang meninggal), hendaklah membungkusnya dengan baik dan rapi (Karena mereka akan saling berkunjung di kubur mereka)!” 1)
Muhammad bin Yahya al-Hamadaniy meriwayatkan kalimat tambahan tersebut (“karena mereka saling berkunjung…”) dalam kitab shahih-nya. Padanya juga ada riwayat dari Hisyam, dari Muhammad, dari Abu Hurairah r.a.
Sulaiman bin Arqam pun meriwayatkannya dengan tambahan tersebut, dari Muhammad bin Sirin, dari Abu Hurairah r.a. Sedangkan yang lainnya meriwayatkannya dari Ibnu Sirin yang merupakan ucapan dia. Dengan demikian, kemungkinan kalimat tambahan tersebut adalah ucapan Muhammad bin Sirin yang disisipkan.
2. Imam ‘Uqailiy men-takhrij-kan dari Sa’id bin Sallam al-‘atthar, Abu Murrah Rasyid bin ‘Atthar telah bercerita kepada kami, aku telah mendengar Qatadah r.a bercerita, aku mendengar Anas bin Malik r.a bertutur: Rasulullah SAW bersabda:
“Bila kamu menangani seorang ikhwanmu (yang meninggal), bungkuslah ia dengan kain kafan dengan baik/rapi, karena mereka akan dibangkitkan (atau saling berkunjung) dengan kain kafan mereka.” 2)
Imam ‘Uqailiy berkata: Sa’id bin Sallam adalah dha’if tidak dimutaba’ah, sedang Abu Murrah tidak dikenal oleh yang lainnya.
3. Diriwayatkan dari Muhammad bin Mushaffa, Mu’awiyah telah bercerita kepada kami, dari Abu Zubeir dari Jabir r.a, dari Nabi SAW:
“Bungkuslah jenazahmu dengan kain kafan yang baik dan rapi, karena mereka akan saling membanggakan diri dan saling berkunjung di kubur mereka!” 3)
4. Imam Ibnu Abid-Duniya berkata: Al-Qasim bin Hisyam telah bercerita kepada kami, Yahya bin Shaleh telah bercerita kepada kami, Muhammad bin Sulaiman telah bercerita kepada kami, Rasyid bin Sa’ad telah bercerita kepada kami bahwa:
“Ada seorang pria yang isterinya meninggal. Suatu malam ia bermimpi melihat sekelompok kaum wanita tetapi isterinya tidak bersama mereka. Maka ia menanyakannya, ke mana isterinya? Mereka menjawab, ‘Ia malu untuk ke luar berkumpul bersama kami, karena kain kafan yang kaupakaikan kepadanya tidak baik dan tidak rapi.’ Maka pria itu mendatangi Rasulullah SAW., yang kemudian menyuruhnya datang ke seseorang. Lalu ia pun mendatangi seorang pria Anshar yang ‘akan meninggal dunia.” Setelah ia menceritakan impiannya kepadanya, pria Anshar, itu pun menukas, ‘Kalau memang aku bisa menyampaikannya, maka kirimanmu akan aku sampaikan!’ Tak lama, pria Anshar itu meninggal. Maka ia diberi dua kain kafan bagus yang ditaburi minyak za’rafan. Malamnya setelah ia dikubur, ia kembali bermimpi melihat sekumpulan wanita yang salah seorangnya adalah isterinya yang mengenakan baju berwarna kuning!”
5. Abu al-Hasan bin Bara bertutur: Abbas bin Abu Isa telah bercerita kepada kami, tuturnya:
“Ada seorang perempuan sholeh dan tergolong ahli taqwa meninggal. Malamnya, putrinya mimpi dia. Kata almarhumah, “Wahai, Putriku, engkau memberiku kain kafan yang cekak sehingga ibu malu berjumpa dengan kawan-kawan di alam kubur. Ibu meninggalkan empat dinar di tempat anu.. Belikanlah kain kafan lalu kirimkanlah melalui si Anu yang akan menyusul ibu pada hari anu.’ Setelah kejadian itu, Sang putri jatuh sakit dan menceritakan mimpinya kepada orang-orang yang menjenguknya.
‘Aku teringat kepada hadits Sayyidah ‘Aisyah r.a., bahwa para penghuni kubur itu saling berjumpa dan berkunjung. Oleh karena itu, kita harus mendatangi dua ahli hadits penjual kain itu, yakni Ibnu Naisabur dan Abu Taubah untuk membeli dua kain kafan. Yang satu untuk ibuku, yang satu lagi untuk si Anu yang akan meninggal,’ demikian ujar sang putri.
Ketika wanita yang disebutkan oleh ibunya akan segera menyusul (meninggal) itu benar-benar meninggal, maka ia diberi dua kain kafan. Pada malam hari, ia kembali mimpi bertemu ibunya yang berkata, ‘Putriku, si Anu telah berjumpa dengan ibu berikut kain kafan itu. Kain kafan itu begitu bagus dan lebar. Terima kasih, semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”
6. Ibnu Abid Duniya juga meriwayatkan melalui jalu Masma’ bin ‘Ashim, seorang pria keluarga ‘Ashim di Hijaz telah bercerita kepadaku, ujarnya:
“Aku mimpi berjumpa ‘Ashim al-Juduriy dua tahun setelah kematiannya. Kataku, ‘Bukankah engkau sudah meninggal?’; ‘Ya’jawabnya. ‘Di mana engkau?’ tanyaku lagi. Ia menjawab, ‘Aku ada di salah satu taman surga. Setiap malam Jum’at dan paginya, bersama beberapa ikhwan aku berkumpul di tempat Bakar bin Abdullah al-Muzaniy untuk mendengar berita kalian (di dunia).’ ‘Yang kumpul jasadmu atau ruh?’ tanyaku penasaran. ‘Tentu saja ruh. Karena jasad telah hancur!’ jawabnya.
Aku bertanya lagi, ‘Apakah kalian tahu bila kami menziarahi kalian?’ Ia menukas, ‘Kami mengetahuinya pada malam Jum’at dan siangnya seharian serta malam Sabtu sampai terbit matahari.’
‘Kalau hari lain?’ tanyaku. ‘Itu berkat kemuliaan hari Jum’at!’ jelasnya. Wallahu’alam!’
7. Imam Ahmad men-takhrij-kan melalui jalur Ibnu Lahi’ah dari Abu al-Aswad, dari Durrah binti Mu’adz, dari Ummi Hani al-Anshariyah, ia bertanya kepada Rasulullah SAW: “Jika kita sudah mati, apakah kita bisa saling melihat dan berkunjung?” Rasulullah SAW menjelaskan: “Ruh-ruh menjadi burung yang hinggap di pepohonan, sehingga ketika hari kiamat, ruh-ruh itu masuk kembali ke badannya.”
8.Ibnu Abid-Duniya men-takhrij-kan dari Yahya bin Abdur-Rahman bin Abi Kabasyah, dari ayahnya, dari kakeknya, ujarnya:
“Ketika Bisyr bin Bara bin Ma’ruur meninggal, isterinya (Umi Bisyar) sangat duka dan terpukul perasaannya sehingga ia bertanya kepada Rasulullah SAW., ‘Bani Salamah akan terus menerus meninggal satu demi satu. Wahai, Rasulullah, apakah orang yang telah meninggal itu saling mengenal sehingga aku dapat kirim salam kepada Bisyr?’ Maka beliau menjawab, ‘Wahai, Ummi Bisyr, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, mereka saling mengenal seperti halnya burung-burung di pepohonan!’
Maka sejak itu, tidak ada seorang pun dari Bani Salamah meninggal, melainkan Ummi Bisyr datang untuk kirim salam kepada suaminya.” [Syahida.com/ANW]
====
Catatan Kaki
1) Tirmidzi, No. 995. Ia juga meriwayatkannya dari Abu Qatadah, yang padanya ada riwayat dari Jabir. Tirmidzi berkomentar: Ini adalah hadits Hasan gharib. Nasa’i di kitab Janaaiz, bab 36; dan Ibnu Majah, No.1474.
2) Al-Fawaaid al-Majmu’ah, No. 269. Syaukaniy menyebutkan hadits ini tanpa menyebut kata-kata. Wa Yatabaahuuna. Ia berkata: Konon, ia tidak shahih. Juga dalam kitab Alla-aali’; 2/234. Ia malah hadits Hasan shahih karena memiliki syawahid dan jalur yang banyak
===
Sumber” Kitab Peristiwa di Alam Kubur Keadaan Penghuninya Hingga Saat Dibangkitkan, Karya: Al-Hafizh Ibnu Rajab, Penerjemah: H. Nabhani, Penerbit: Kalam Mulia