Uwais al-Qarni adalah pemuda shaleh asalnya dari Yaman, beliau pernah kecewa berat saat jerih payahnya yang jauh-jauh pergi menuju Madinah untuk bertemu Nabi ternyata tidak membuahkan hasil yang baik. Ketika itu belaiu hanya bisa bertemu dengan istri Nabi, A’isyah radliyallâhu ‘anhâ karena Nabi saat itu sedang keluar menuju medan pertempuran.
Uwais juga tidak akan mungkin menunggu orang yang dirindukannya itu dalam waktu yang lama lantaran di negerinya Yaman ia meninggalkan ibunda yang renta juga sakit-sakitan. Uwais terkenal dengan pemuda dengan pengabdian kepada orang tua yang begitu luar biasa. Rasulullah SAW sendiri memberi catatan yang khusus kepadanya dan menyebut Uwais sebagai “penghuni langit”.
Dalam kesempatan yang lain, pasca-wafatnya Nabi, Uwais pergi ke Madinah untuk ibadah haji. Dalam Ihyâ’ ‘Ulûmiddîn Imam al-Ghazali, melalui Abu Sulaiman, dikisahkan ketika Uwais sampai di pintu masjid Madinah, Uwais menerima kabar yang bahwa di masjid itu Nabi dimakamkan. namun Seketika itu ia pingsan dan tak sadarkan diri.
Saat beliau siuman, Uwais berujar, “Keluarkan aku dari tempat ini. Aku merasa tidak nyaman di negeri tempat bersemayamnya Rasulullah SAW.”
Di sini Uwais menunjukkan rasa cinta dan hormatnya kepada Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam. Rasa tidak nyamannya, atau lebih tepatnya dengan perasaan malu, muncul lantaran beliau sesungguhnya tidak berkenan menginjak tanah suatu tempat yang di dalamnya terdapat jasad yang mulia Rasulullah. Uwais memosisikan Nabi Muhammad yang sudah wafat selayak ketika beliau masih hidup.
Imam al-Ghazali di kitab yang sama juga menjelaskan tentang adab-adab berziarah ke makam Rasulullah SAW. Al-Ghazali mengatakan bahwa penghormatan yang tinggi mesti kita tunjukkan tatkala kita berziarah ke makam Rasulullah. Rasa ta'dhim orang peziarah mesti tampil sebagaimana saat ia menghadap pribadi yang mulia yang masih hidup, misalnya, dengan tidak sembarangan menyentuh ataupun sembarangan mencium makam Rasulullah.
Rasulullah, mengetahui kedatangan peziarah makamnya dan selalu mendengar shalawat dan salam yang mereka disampaikan kepada beliau. Sebuah hadits yang diriwayat oleh imam Nasa'i menjelaskan yang bahwa Allah mengutus para malaikat yang bertugas untuk menyampaikan salam kepada Nabi Muhammad dari umatnya.